Minggu, 31 Januari 2010

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI (1)

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI
By Paijo

( Update : Artikel ini berisi analisis bahwa pompa air tenaga gravitasi seperti pada gambar TIDAK MUNGKIN BERHASIL. Jadi artikel ini tidak membahas tentang cara membuat pompa air tenaga gravitasi )

Pompa air tenaga gravitasi yang bisa memompa air dari sumur tanpa memerlukan bahan bakar maupun listrik tentu menjadi impian semua orang. Sudah banyak pula eksperimenter yunior yang menggambar desain serta membuat prototypenya baik berupa miniatur maupun dalam skala penuh.

POMPA GRAVITASI



POMPA GRAVITASI

Konsultasi dengan orang yang menguasai mekanika sudah dilakukan. Hitung-hitungan juga sudah dilakukan dan hasilnya sangat meyakinkan bahwa pompa pasti bisa bekerja karena berat air dalam drum ( 4 ) jauh lebih besar daripada berat air dalam pipa yang menuju sumur ( 3 ). Semua sudah tampak sempurna dan tinggal diujicoba.

Namun sayang, impian tadi harus buyar ketika prototype tidak bisa bekerja sesuai harapan. Tanpa kenal menyerah, gambar desain dibuka kembali, angka-angka dihitung ulang, serta sambungan-sambungan diperiksa kalau-kalau ada yang bocor. Namun tidak satupun kesalahan maupun cacat cela yang bisa ditemukan. Akhirnya diputuskan untuk mengganti pipa dengan ukuran yang berbeda, yang menuju sumur diganti yang lebih kecil sedangkan yang menuju kran diganti yang lebih besar. Setelah dicoba lagi, ternyata hasilnya nihil dan pompa tetap tidak bisa bekerja. Setelah beberapa kali coba-coba, akhirnya sang eksperimenter yunior frustasi dan menyerah kalah karena kegagalan yang menyakitkan tanpa pernah tahu sebabnya. Sejak saat itu, sang eksperimenter yunior memilih berhenti menjadi penjelajah teknologi dan kembali menjadi orang biasa lagi dan menangalkan status eksperimenternya. Seperti itulah kira-kira pengalaman pahit yang dialami beberapa eksperimenter yang pernah membuat pompa air tenaga gravitasi seperti pada gambar. Waktu, tenaga, pikiran, maupun uang terbuang percuma tanpa hasil.

Seandainya eksperimenter tersebut mau mempelajari mekanika fluida, tentu akan bisa menemukan masalah yang menyebabkan kegagalan pompa tersebut tanpa harus frustasi segala. Kekeliruan telak yang ia lakukan adalah salah mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kerja sistem yang didesain yaitu :
• Menurut asumsinya, total gaya berat air yang akan bekerja pada sistem. Prinsipnya seperti jungkat-jungkit, jika kuasa lebih besar daripada beban maka pasti bisa mengangkat. Setelah dihitung, kuasa ( m2 x h2 ) lebih besar daripada beban ( m1 x h1 ). Kesimpulannya, pompa pasti bisa bekerja.
• Kenyataannya sistim tersebut bekerja bukan berdasarkan prinsip jungkat-jungkit atau tuas melainkan berdasarkan prinsip mekanika fluida. Jadi hanya tekanan hidrostatik dan tekanan atmosfer saja yang berpengaruh pada sistem tersebut, sedangkan total gaya berat air ternyata tidak mempengaruhi kerja sistem tersebut. Jika dihitung, ternyata tekanan yang mendorong air dari C ke B lebih besar daripada tekanan yang mendorong air dari A ke B sehingga tidak mungkin air di A mengalir ke C. Dengan demikian, pompa tidak akan pernah bekerja.

Pada kasus kegagalan eksperimen STIKA ABADI yang lain, juga terjadi kekeliruan semacam itu dalam mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kerja sistem. Namun hal itu akan dibahas dalam artikel yang lain jika ada yang penasaran. Terimakasih dan salam eksperimen.

( … bersambung ke bagian 2 )

Sumber:
http://paijo1965.wordpress.com/2007/02/21/pompa-air-tenaga-gravitasi/

[+/-] BAca Selengkapnya...

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI ( 2 )

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI ( 2 )

Maret 6, 2007 pada 11:27 am (Energi)

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI ( 2 )
By Paijo

( Update : Artikel ini berisi analisis bahwa pompa air tenaga gravitasi seperti pada gambar TIDAK MUNGKIN BERHASIL. Jadi artikel ini tidak membahas tentang cara membuat pompa air tenaga gravitasi )

( … baca juga bagian 1 )

Ketertarikan para eksperimenter terhadap desain maupun prototype Pompa Air Tenaga Gravitasi dari waktu ke waktu tidak pernah surut. Dengan adanya kenaikan harga BBM dan kenaikan TDL, ketertarikan tersebut berubah menjadi obsesi berdasarkan keyakinan bahwa Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah energi yang berkepanjangan. Bahkan pada dekade delapanpuluhan, ada salah satu stasiun TV yang menayangkan ujicoba prototype yang diyakini sukses oleh banyak orang. Sebagian besar orang amat terkesan dengan penemuan yang spektakuler tersebut. Betapa tidak, dengan Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut, orang dapat menaikkan air dari sumur ke permukaan tanah tanpa memerlukan bahan bakar maupun listrik. Tinggal putar keran, maka air akan naik dari sumur melalui pipa dan drum dan keluar dari keran menuju bak atau ember.

Pompa Air Tenaga Gravitasi



Pompa Air Tenaga Gravitasi

Kemudian ide tersebut berkembang lebih lanjut untuk membuat pompa dengan ukuran besar. Dengan pompa ukuran besar, maka jumlah air yang dihasilkan juga lebih besar sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan kincir atau turbin air. Selanjutnya, kincir atau turbin digunakan untuk menggerakkan generator sehingga dapat menghasilkan listrik. Untuk menghemat air, maka air yang telah digunakan untuk memutar kincir atau turbin dikembalikan lagi ke sumur untuk dipompa lagi sehingga membentuk suatu siklus. Jadi secara keseluruhan, sistem tersebut dapat dikatakan sebagai pembangkit listrik tenaga gravitasi yang dapat menghasilkan listrik tanpa bahan bakar. Sungguh merupakan suatu ide yang brilian, yang pasti didukung oleh masyarakat luas yang sedang mengalami krisis energi.

Ditengah optimisme dan euforia para pendukung Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut, ternyata ada segelintir eksperimenter yang skeptis dengan ide brilian tersebut. Saya adalah salah satu yang paling getol mengajukan argumen bahwa ide tersebut mustahil untuk diwujudkan karena berlawanan dengan hukum alam. Hukum alam pertama yang dilawan yaitu bahwa air dalam sistim pipa hanya dapat mengalir dari yang bertekanan lebih tinggi menuju ke yang bertekanan lebih rendah. Tentang hal itu telah saya bahas dalam tulisan saya terdahulu. Hukum alam kedua yang dilawan yaitu hukum kekekalan energi mekanik. Hukum tersebut sederhana dan sudah clear dan dalam konteks pompa gravitasi tidak mungkin salah.

Untuk memindahkan suatu benda ke tempat yang lebih tinggi, diperlukan usaha yang besarnya sama dengan perubahan energi potensial mekanik benda tersebut. Jadi untuk memindahkan air dari sumur ke permukaan tanah yang lebih tinggi diperlukan usaha, berarti diperlukan energi dari luar sistem. Jadi Pompa Air Tenaga Gravitasi seperti pada gambar tidak mungkin bisa bekerja karena tidak ada masukan energi dari luar sistem.

Selain adanya kemustahilan berdasarkan analisa tekanan dan analisa energi mekanik, juga terdapat kejanggalan dari sisi sosialisasi dan komersialisasi dari pompa jenis tersebut. Pompa Air Tenaga Gravitasi dipublikasikan pertama kali pada dekade delapan puluhan atau sekitar 20 tahun yang lalu. Seandainya temuan tersebut dipatentkan pada waktu itu juga, maka patent tersebut telah atau hampir kadaluwarsa. Yang janggal, pompa tersebut sampai sekarang belum pernah diproduksi dan dipasarkan kepada masyarakat umum padahal telah ditemukan sejak lama. Demikian juga tidak ada satupun lembaga ilmu pengetahuan semacam LIPI, BPPT, maupun perguruan tinggi dan pabrikan yang menyatakan bahwa Pompa Air Tenaga Gravitasi seperti pada gambar maupun variannya dapat bekerja sesuai dengan abstraksi desainnya. Oleh karena itu, saya berkesimpulan bahwa berita penemuan Pompa Air Tenaga Gravitasi yang sangat spektakuler tersebut merupakan berita bohong belaka ( HOAX, hoak….hoak….saya mau muntah….maaf ). Berkaitan dengah hal itu, saya membuka kesempatan untuk semua netter yang memiliki informasi yang berkaitan dengan Pompa Air Tenaga Gravitasi tersebut untuk berbagi informasi di forum ini. Informasi tersebut bisa berupa URL, nama lembaga, atau nama orang yang mempunyai bukti fisik atau dokumentasi tentang Pompa Air Tenaga Gravitasi.
Terimakasih dan salam eksperimen.
Sumber:
http://paijo1965.wordpress.com/2007/03/06/pompa-air-tenaga-gravitasi-2/

[+/-] BAca Selengkapnya...

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI (3)

POMPA AIR TENAGA GRAVITASI (3)

Februari 24, 2009 pada 4:20 pm (Eksperimen, Energi, IPTEK)

Tergelitik dengan banyaknya coment pada dua artikel saya sebelumnya yaitu POMPA AIR TENAGA GRAVITASI dan POMPA AIR TENAGA GRAVITASI (2) , maka saya posting lagi yang mengupas tentang masalah tersebut lebih lanjut. Bukan untuk memperpanjang lagi diskusi yang memang sudah panjang dan diwarnai beberapa debat kusir, tapi untuk memperjelas duduk persoalan yang sebenarnya agar tidak ada salah paham tentang masalah yang sedang didiskusikan maupun tujuan saya membahas masalah tersebut.

Pertama, saya perlu meluruskan bahwa yang saya maksud dengan istilah Pompa Air Tenaga Gravitasi adalah pompa air yang yang disain ataupun prinsip kerjanya sama persis atau serupa dengan gambar dalam posting saya terdahulu. Menurut beberapa pihak, pompa seperti itu diyakini bisa menaikkan air tanpa listrik dan tidak diperlukan masukan energi apapun kecuali ketika mengisi drum dan pipa dengan air pertama kali alias gratis-tis. Jadi, pompa yang saya maksud jelas bukan pompa Hidram (Hydraulic Ram) seperti yang diduga oleh beberapa comenter, meskipun pompa Hidram juga menggunakan energi potensial gravitasi untuk dapat beroperasi. Energi pompa hidram diperoleh dari energi mekanik air yang meluncur melalui pipa pesat yang menyebabkan sebagian (kecil) air naik melalui pipa pengantar ke tempat yang lebih tinggi. Pada pompa hidram, jumlah energi mekanik yang terkandung dalam air yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah energi mekanik yang terkandung dalam air yang dinaikkan sehingga tidak melawan hukum alam (hukum kekekalan energi).


sirkulator
Beberapa hari yang lalu ketika saya sedang mencari referensi tentang PLTGL (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut), tanpa sengaja saya mendapatkan sebuah artikel yang berjudul SIRKULATOR POMPA GRAVITASI (Tips Menghemat Listrik) yang ditulis oleh saudara Ading Mulyadi di website LPMP Jawa Barat (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Barat). Dalam tulisan tersebut, diuraikan secara detail tentang cara pembuatan dan cara kerja sirkulator pompa gravitasi yang dilengkapi dengan gambar yang sangat jelas. Pada bagian terakhir, diruraikan pula keunggulan dan kelemahan alat tersebut. Tanpa mengurangi hormat saya pada saudara Ading Mulyadi dan tanpa mengurangi penghargaan saya atas usahanya menulis artikel tersebut, saya berkeyakinan bahwa SIRKULATOR POMPA GRAVITASI yang dibuat mengikuti petunjuk dalam artikel tersebut tidak akan pernah dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Hal itu disebabkan prinsip kerja sirkulator tersebut melawan hukum alam (hukum kekekalan energi), seperti halnya dengan POMPA AIR TENAGA GRAVITASI yang telah saya uraikan. Cara kerja SIRKULATOR POMPA GRAVITASi secara prinsip sama persis dengan cara kerja POMPA AIR TENAGA GRAVITASI, dan keduanya juga diyakini dapat bekerja tanpa masukan energi dari luar kecuali pada saat pengisian air pertama saja. Jika dicoba, hasilnya juga akan sama saja yaitu akan keluar air beberapa saat, kemudian berhenti setelah tercapai keseimbangan tekanan. Jadi, keluarnya air (untuk beberapa saat) tersebut sama sekali tidak membuktikan bahwa alat tersebut “telah berhasil bekerja” tapi kemudian macet karena suatu sebab. Demikian juga pada POMPA AIR TENAGA GRAVITASI, keluarnya air yang cukup lama dan banyak (bahkan bisa sampai 1 drum) juga tidak membuktikan apapun karena keseimbangan tekanan akan dicapai setelah semua air dalam drum keluar dan digantikan oleh udara jika tidak dilengkapi dengan leher angsa atau jika terjadi kebocoran. Jika dilengkapi leher angsa dan tidak ada kebocoran, keseimbangan tekanan akan tercapai ketika drum telah berhenti mengempes. Jika ketinggian vertikal kolom air melebihi batas yang mampu ditahan oleh tekanan atmosfer (sktr 10 meter atau lebih), maka akan tercipta ruang hampa pada pipa dan drum bagian atas ketika tercapai keseimbangan tekanan.

Pada kesempatan lain, saya juga menemukan sebuah file presentasi powerpoint (.ppt) di blog sebuah LSM lingkungan hidup Lingkaran Nurani yang ditulis oleh saudara Muhammadun H. Adam (direktur yang menangani energi dan sumber daya mineral). Presentasi berjudul PILOT PROJECT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR TERJUN BUATAN (PLT ATB) tersebut memaparkan masalah kelangkaan energi (listrik), kelemahan-kelemahan sistim pembangkit listrik yang ada, dan menawarkan sebuah solusi yang dinamakan PLT ATB. Dengan penjelasan secara verbal (tidak dilengkapi gambar), saudara Muhammadun H. Adam menguraikan penemuannya yang berlandaskan gabungan hukum bejana berhubungan dan hukum Pascal. Tanpa mengurangi hormat saya pada saudara Muhammadun H. Adam dan tanpa mengurangi penghargaan saya atas usahanya menyiapkan presentasi sepanjang 29 slide tersebut, saya berkeyakinan bahwa PLT ATB tersebut tidak akan pernah dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Masalahnya, lagi-lagi adalah karena melawan hukum alam (hukum kekekalan energi). Selain itu juga terjadi ketidaksesuaian kondisi dalam penggabungan hukum bejana berhubungan dengan hukum Pascal. Hukum bejana berhubungan berlaku jika tekanan udara (atau gas) diatas permukaan air (atau zat cair) sama, seperti pada udara terbuka atau di ruang hampa udara. Sedangkan hukum Pascal yang dimaksud hanya berlaku jika air (atau zat cair) berada dalam ruangan tertutup seperti yang diterapkan pada sistim hidrolik dan pneumatic. Dalam ruang terbuka, penambahan tekanan hanya dapat dilakukan dengan menambah ketinggian vertikal kolom air yang menaikkan tekanan hidrostatik pada bagian dasar bejana. Karena penjelasan dalam slide tidak dilengkapi gambar/sketsa, maka saya sulit membayangkan seperti apa desain dari PLT ATB yang diyakini dapat bekerja terus-menerus tanpa memerlukan masukan energi dari luar.

Secara prinsip, SIRKULATOR POMPA GRAVITASI maupun PLT ATB dapat digolongkan dalam genre stika abadi atau overunity yang diyakini dapat bekerja terus menerus tanpa masukan energi dari luar. Beberapa diantaranya bahkan diyakini dapat menghasilkan energi dari ketiadaan (menciptakan energi) seperti PLT ATB, Parendev Motor, Hummingbird/Sundance Generator, dan sebagainya. Desain maupun cara kerja alat-alat tersebut ada yang mirip dan adapula yang berbeda jauh satu sama lain. Adapun tenaga penggerak yang digunakan pada umumnya adalah salah satu atau kombinasi dari magnet permanen, elektromagnet, gravitasi bumi, tekanan air, tekanan udara, gaya apung, gaya kapiler, dsb. Beberapa diantara desain tersebut bahkan sudah dipatenkan oleh penemunya. Yang menarik (atau anehnya), sampai sekarang belum ada satupun dari alat-alat tersebut yang diproduksi massal atau yang kita temukan di pasaran umum. Jika saja stika abadi (perpetual engine) yang sudah dicoba untuk dibuat orang sejak ratusan tahun lalu tersebut dapat bekerja seperti yang sering diklaim oleh para penemunya, maka dunia ini tentu akan damai sejahtera dan aman sentosa karena tidak akan ada krisis energi dan tidak ada perang memperebutkan minyak. Namun itu hanya otopia karena bertentangan hukum alam (hukum kekekalan energi) yang telah berlaku sejak alam raya terbentuk dan masih akan terus berlaku selama alam raya masih ada, tidak peduli kita percaya entah tidak.

Melakukan eksperimen tentang stika abadi (perpetual engine) apapun jenisnya, bukanlah merupakan kejahatan dan bahkan dapat memajukan IPTEK. Namun jika digunakan untuk melakukan pembohongan publik apalagi penipuan, jelas merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu, masyarakat mesti bersikap kritis terhadap pihak-pihak yang mengklaim telah menemukan teknologi yang dapat menghasilkan energi (utamanya listrik) tanpa masukan energi dari luar sistem atau penemuan bahan bakar jenis baru (apapun namanya) yang dibuat (disintesa) dari bahan yang tidak mengandung unsur karbon dan hidrogen, ataupun yang sudah dalam keadaan energi rendah (air, karbon dioksida, dsb). Jika ada para netter yang mendapatkan informasi tentang klaim seperti itu, dapat menginformasikannya pada forum ini untuk kita analisa dan kritisi bersama. Kalau temuannya memang masuk akal (tidak bertentangan dengan hukum-hukum alam) kita adan dukung, dan kalau tidak masuk akal akan kita bedah bersama bagian mana yang tidak masuk akal. Kalau penemunya tetap ngotot meski dasarnya lemah, kita musti siap untuk adu argumen. Jika penemunya kalah argumen tapi masih ngeyel juga, kita bisa undang yang bersangkutan untuk mendemokan alatnya di depan publik. Sebelum dan sesudah demo alat, tentu saja dilakukan pemeriksaan alat secara seksama untuk mencegah kemungkinan adanya komponen tersembunyi untuk mensuplay energi. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi menjadi korban pembohongan publik maupun penipuan yang dapat merugikan masyarakat dan negara. Kita harus belajar dari kasus penipuan oleh Dennis Lee dengan Hummingbird/Sundance Generator di Amerika dan Canada yang sudah meraup jutaan dolar. Kita harus belajar dari kasus Djoko Suprapto dengan Pembangkit Listrik Jodipati dan Blue Energy yang mempermalukan bangsa kita dan meraup milyaran rupiah. Bagaimana dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mekanik Gravitasi temuan Djoko Pasiro ??? Kita tunggu saja kabar selanjutnya, semoga saudara M. Mahfud tetap tegar dalam perjuangan menegakkan rasionalitas keilmuan di tengah masyarakat yang cenderung untuk berfikir/bertindak irasional karena panik menghadapi krisis energi yang tidak jelas sampai kapan.

Terimakasih dan salam eksperimen.

Sumber:
http://paijo1965.wordpress.com/2009/02/24/pompa-air-tenaga-gravitasi-3/

[+/-] BAca Selengkapnya...

Pompa Air

Minggu, 31 Januari 2010
Pompa Air tanpa Listrik

Sumber: Majalah Tempo, 42/XXXVII, 08 Desember 2008
Warga Banyumas menemukan pompa air bertenaga air. Ia mendapat penghargaan dua pekan lalu. Tanpa listrik, pompa bisa menyemburkan air hingga ketinggian 300 meter.

Banyumas - DARI koleksi perpustakaan desa, Sudiyanto menemukan buku teknologi terapan itu. Berjudul Pompa Air Tenaga Air—kitab aslinya berbahasa Belanda—isi buku itu tiba-tiba saja mencerahkan benak Yanto. Ia berpikir, apa salahnya mencoba membuat pompa seperti dalam buku itu untuk mengatasi krisis air di desanya.

Desa Grumbul Glempang tempat ia tinggal, juga Desa Kotayasa di Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, sedang paceklik air. Warga desa harus berjalan kaki ratusan meter menuruni lereng untuk mendapatkan air dari Sungai Lumarapi atau sumber mata air Tuk Sladan, yang dulunya disebut Tuk Begu. Desa Kotayasa malah terletak jauh di ketinggian Gunung Slamet (3.450 meter), sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut.




Warga bukannya tak pernah mencoba membuat sumur. Meski sudah digali hingga 25 meter, air yang keluar amat sedikit. Bahkan pada musim kemarau sumur tak berair sama sekali. Untuk berlangganan air dari perusahaan daerah air minum, kebanyakan warga merasa tak mampu. Jarak Desa Kotayasa dengan kota terdekat, Purwokerto, juga cukup jauh: sekitar 17 kilometer.

Kondisi inilah yang membuat pengurus Karang Taruna Desa Grumbul itu tergerak membuat pompa air bertenaga air. Dalam buku tersebut dijelaskan secara terperinci bagaimana mengalirkan air dari lokasi rendah ke tempat yang lebih tinggi. Cara pembuatannya pun cukup sederhana, yakni dengan memanfaatkan teknologi hydraulic ram (hydram). Sayang, dalam buku itu tertulis pompa hanya mampu mengalirkan air setinggi tujuh meter. Sedangkan sungai atau sumber air di Desa Kotayasa jaraknya mencapai ratusan meter.



Tanpa dasar pengetahuan mekanika fluida, Yanto tetap nekat mencoba. Kendala pertama yang dihadapi: ia tak punya modal. Beruntung, saudara-saudaranya mau meminjamkan uang Rp 5 juta untuk membeli bahan yang diperlukan.

Pada awalnya Yanto mengaku telah mengikuti semua prosedur yang ditulis dalam buku. Setelah peralatan terpasang, ia mengalirkan air ke dalam pompa tapi air tak mau menyembur. ”Sepuluh kali gagal. Selama sekitar dua tahun saya terus mengutak-atik pompa air tersebut,” ucap ayah lima anak lulusan aliyah ini. ”Banyak tetangga menganggap saya gila waktu itu.”

Tak patah arang, lelaki yang kini berusia 41 tahun itu terus berupaya memperbaikinya. Pada suatu saat sebuah ketidaksengajaan terjadi. Pompa hydram buatannya bocor. Tapi kebocoran itu justru membuat aliran air kian deras. Seperti mendapat angin segar, Yanto memodifikasi pompa air tersebut dengan membuat beberapa lubang. Hasilnya, air mampu menyembur setinggi 18 meter, lebih tinggi dari yang tertulis di buku. Air bahkan bisa menjangkau ketinggian 300 meter. ”Saya langsung berteriak seperti orang gila. Ternyata percobaan saya tak sia-sia,” ucapnya.

Mulanya Yanto hanya membuat saluran pipa air khusus ke rumahnya. Jarak ketinggian antara sumber air dan rumahnya 315 meter. Tetangganya yang dulu mencemooh kini ikut menikmati air hasil pompa hydram buatannya. Agar warga mudah memperoleh air bersih, dibuatlah sebuah bak penampungan. Pada musim kemarau, warga Desa Kotayasa tak lagi kekurangan air bersih.

Pompa air tenaga air buatan Yanto ini akhirnya terdengar hingga melampaui batas Desa Kotayasa. Panitia Indonesia Berprestasi Award (IBA) 2008 menangkap informasi tersebut. Indonesia Berprestasi adalah suatu kompetisi prestasi yang diselenggarakan PT Excelcomindo Pratama Tbk., salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Salah satu kategori yang dilombakan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Di kategori ini, temuan Yanto didaftarkan.

”Kami memilih mereka yang mampu membangkitkan semangat anggota masyarakat lain, sekecil apa pun prestasi yang dibuat oleh orang tersebut,” ucap Adrie Subono, salah satu anggota dewan juri. ”Dengan semangat yang tertular, akan muncul multiplier effect yang menciptakan orang-orang berprestasi lain bagi lingkungannya,” Adrie menambahkan.

Setelah melalui verifikasi ketat, pompa air tenaga air buatan Yanto dinyatakan sebagai pemenang di Jakarta dua pekan lalu. Menurut dewan juri, teknologi pompa air tersebut amat aplikatif dan memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat yang hidup di pegunungan. Di putaran final ia mengalahkan seorang profesor yang membuat teknologi listrik tenaga surya. ”Lumayan juga, orang tak berpendidikan mengalahkan profesor,” kata Yanto sembari tertawa lebar.

Mekanisme kerja pompa buatan Sudiyanto cukup sederhana. Air dari sumber air ditampung dalam sebuah bak dengan ketinggian sekitar lima meter. Air dialirkan ke tempat yang lebih rendah menggunakan pipa. Dengan kemiringan tertentu air tersebut dialirkan ke hydram. Setelah masuk ke hydram, disemburkan ke atas atau ke tempat penampungan air di sekitar perkampungan penduduk. Semua proses tak membutuhkan bahan bakar minyak maupun listrik.

Prinsip kerja pompa air tersebut adalah memanfaatkan daya dorong air dari ketinggian tertentu untuk menaikkan kembali air tersebut. Kemiringan antara air turun, pompa, dan air naik juga menjadi faktor penting. ”Ini yang saya belum tahu rumus fisikanya,” ujar Yanto terus terang. Ia berharap ada ahli atau konsultan yang bisa membantunya menemukan rumus fisika tersebut.

Hydram dibuat dari pipa galvins. Terdiri atas pipa input (tempat air masuk), pompa, dan pipa output. Di dalam pompa (berbentuk tabung berdiameter 40 sentimeter), ada klep yang terbuat dari potongan ban bekas. Fungsinya mengatur komposisi udara dan air yang akan dimampatkan ke saluran output. Komposisi yang pas antara udara dan air inilah yang menjadikan air bisa terdorong ke atas. Semakin terjal atau semakin tinggi air dialirkan, semakin kuat pula daya dorongnya.

Setelah sukses membuat desanya berkecukupan air, Yanto kini terobsesi membantu desa lain yang memiliki masalah serupa. Di depan rumahnya, teras berukuran 2 x 3 meter persegi menjadi bengkel pembuatan pompa hydram. Namun hingga kini hasil karyanya belum dipatenkan. Penyebabnya, ya itu tadi, ia belum tahu rumus fisika temuannya. Penjelasan mekanika fluida yang logis memang diperlukan lembaga paten untuk temuan Yanto.

Sembari menanti uluran tangan ilmuwan yang mau membantunya, ia mulai menerima pesanan pompa hydram dari daerah lain seperti dari Tegal dan Purbalingga. Untuk pompanya saja, ia menjual Rp 1,5 juta. Untuk pipa berukuran 1 dim ia memasang harga Rp 2,5 juta dan ukuran 2 dim dikenai tarif Rp 3,5 juta. Jasa borongan atau pembangunan satu unit juga bisa dia kerjakan, dengan ongkos Rp 25 juta. ”Saya tak mengambil untung banyak, kok,” ujarnya. ”Ini lebih ke proyek sosial. Yang penting banyak warga menikmati temuan saya.”

Sumber:

http://www.pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=200&Itemid=171


[+/-] BAca Selengkapnya...

Hidram, Pompa Air tanpa Listrik dan BBM

Oleh: Pratomo, SP *)

Baru-baru ini ada iklan bantuan instalasi air bersih dan pompa air di Nusa Tenggara Timur dari program Corporate Social Responsibility (CSR) sebuah produsen air mineral ternama. Tampak seseorang memukul pemberat klep untuk menghidupkan pompa air. Itulah pompa hidram sebuah teknologi pompa air tanpa listrik dan BBM. Dengan semakin mahalnya bahan bakar, energi dan isu lingkungan membuat pompa Hidram semakin relevan.

———————

Ruwadi Memperbaiki Hidram

Sesuai hukum gravitasi, air selalu mengalir dari tempat tinggi menuju yang lebih tempat rendah. Sepertinya mustahil kalau harus menaikkan air dari sumber atau alirannya menuju tem­pat yang lebih tinggi, tanpa bantuan energi listrik atau bahan bakar minyak (BBM).

Tetapi apabila suatu ketika Anda ber­kun­jung ke perkebunan teh di Pur­wa­karta-Jawa Barat atau perkebunan jambu air di Singorojo, Kendal-Jawa Tengah, Anda akan melihat bagaimana air dialirkan dari sungai yang berada di hilir, naik mendaki perbu­kitan dengan selisih keting­gian hingga puluhan meter, yang berjarak ratusan meter, antara rumah pompa dengan tandon air di puncak bukit. Semua itu digerakkan oleh sebuah pompa, hebatnya lagi pompa itu tidak digerakkan oleh motor listrik atau motor bakar dengan BBM.






Pompa tersebut dinamakan pompa Hidram, berasal dari kata Hydraulic Ram Pump, bisa diartikan pompa air dengan tenaga hantaman air. Di Indonesia pompa ini sebenarnya sudah ada sejak jaman pen­ja­jahan Belanda, namun kurangnya pera­wat­an dan edukasi membuat pompa ini tidak lestari. Ditambah jaman dulu sumber air masih sangat banyak, sungai masih lan­car mengalir dengan debit besar, tanahnya masih subur dengan humus, hutan masih lebat belum gundul, tanahnya belum erosi hingga mendangkalkan sungai. Tetapi keadaan sekarang adalah kebalikan semua itu, membuat pompa Hidram tampil lagi sebagai solusi.

Dari berbagai sumber, pompa Hidram ada yang menyatakan berasal dari Peran­cis, digunakan untuk menaikkan air ke atas kastil-kastil. Ada juga sumber mengatakan berasal dari Tiongkok untuk mengairi tanah pertanian di bukit-bukit. Prinsip kerja Hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke tempat yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan energi potensial dari hantaman air diperlukan syarat utama yaitu harus ada terjunan air yang dialirkan melalui pipa dengan beda tinggi -elevasi- dengan pompa Hidram minimal 1 meter.

Syarat utama kedua adalah sumber air harus kontunyu dengan debit minimal 7 liter per menit (Widarto, 2000). Besarnya debit pemompaan dapat dihitung dengan rumus Q2 = Q1 x H1 : H2 x j. Dimana Q2 adalah debit air yang dipompakan (liter/menit), Q1 adalah debit air yang masuk pompa (liter/menit), H1 adalah tinggi terjunan dalam meter, H2 adalah tinggi pemompaan dalam meter dan j adalah efisiensi pompa yaitu 0,5 -0,75. Dalam prakteknya diperoleh perbandingan tinggi terjunan dan tinggi pengangkatan air sebesar 1:6, akan menghasilkan debit pemompaan sebesar 1/3 dari debit air yang masuk ke pompa, sedang 2/3 debit air akan keluar melalui klep pembuangan setelah memberikan tenaga hantaman.

Mekanisme Hidram

Prinsip kerja dari pompa Hidram dapat dilihat dari gambar irisan pompa dapat dilihat bahwa bagian kunci dari Hidram adalah dua buah klep, yaitu: klep pem­buangan dan klep penghisap. Air masuk dari terjunan melalui pipa A, klep pem­buangan terbuka sedangkan klep peng­hisap tertutup. Air yang masuk memenuhi rumah pompa mendorong ke atas klep pembuangan hingga menutup. Dengan tertutupnya klep pembuangan meng­akibatkan seluruh dorongan air menekan dan membuka klep penghisap dan air masuk memenuhi ruang dalam tabung kom­presi di atas klep penghisap. Pada volume tertentu pengisian air dalam tabung kompresi optimal, massa air dan udara dalam tabung kompresi akan mene­kan klep penghisap untuk menutup kem­bali, pada saat yang bersamaan sebagian air keluar melalui pipa B. Dengan tertutup­nya kedua klep, maka aliran air dalam rumah pompa berbalik berlawanan dengan aliran air ma­suk, diikuti dengan turunnya klep pembu­angan karena arah tekanan air tidak lagi ke klep pembuangan tetapi berbalik ke arah pipa input A. Nah, disinilah hantaman -ram- palu air (water hammer) itu terjadi, dimana air dengan tenaga gravitasi dari terjunan menghantam arus balik tadi, 2/3 debit keluar lubang pembuangan, semen­tara yang 1/3 debit mendorong klep penghisap masuk ke dalam tabung pompa sekaligus men­dorong air yang ada dalam tabung pompa untuk keluar melaui pipa output B. Begi­tulah energi hantaman yang ber­ulang-ulang mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi.

irisan hidram

Tertutup dan terbukanya kedua klep secara bergantian menimbulkan bunyi “dek-dok”, suara “dek” adalah tertu­tupnya klep penghisap yang membentur rumah klep, sementara suara “dok” adalah tertutupnya klep pembuangan yang juga membentur rumah klep. Hingga masya­rakat sekitar sering menyebut Hidram dengan sebutan pompa “dek-dok” atau pompa “jedhok-jedhok”.

Selain dua syarat utama tadi, pem­buatan pompa Hidram perlu memper­hatikan perbandingan tinggi terjunan dan tinggi pemompaan air yaitu 1:5. Tiap beda tinggi terjunan 1 meter akan mampu memompa air setinggi 5 meter dari rumah pompa ke tempat tandon air. Jadi bukan hal yang mustahil ketika beda tinggi terjun­an air 12 meter di perkebunan teh mampu memompa air hingga ketinggian lebih dari 50 meter dengan jarak lebih dari 500 meter.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian diameter pompa dengan debit air. Untuk mengoptimalkan tekanan semakin besar debit air, diameter pompa semakin besar pula. Berikut ini tabel diameter pompa dan debit air :

debit air

Beberapa permasahan yang mungkin timbul dalam pengoperasian pompa hidram antara lain:

1. Klep pembuangan tidak dapat naik atau menutup, disebabkan beban klep terlalu berat atau debit air yang masuk pompa kurang. Dapat diatasi dengan mengurangi beban atau memperdek as klep pembuangan.

2. Klep pembuangan tidak mau turun atau membuka, karena beban klep terlalu ringan, jadi bisa diatasi dengan menambah beban klep atau mem­perpanjang as klep pembuangan.

3. Tinggi pemompaan di bawah rasio rumus, yaitu setiap terjunan 1 meter dapat menaikkan setinggi 5 meter. Penyebab pertama adalah terjadinya kebocoran atau tidak rapatnya klep. Penyebab kedua rasio diameter pipa input dibanding pipa output lebih besar dari 1 berbanding 0,5. Dapat diatasi dengan memeriksa dan mem­perbaiki klep atau mengurangi diameter pipa output. Penyebab ketiga adalah terlalu banyaknya hambatan pada pipa output menuju baktandon, berupa banyaknya belokan pipa. Agar hal tersebut tidak terjadi, pada saat instalasi pipa sedapat mungkin dikurangi lekukan atau belokan pipa menuju tandon.

Kunci keawetan dan operasional pompa hidram adalah perawatan rutin, mengingat sumber air yang dipergunakan mengalir pada saluran umum yaitu: sungai, saluran irigasi atau mata air. Selain harus menjaga air yang mengalir terbebas kototan/sampah dengan cara membuat saringan, dipakainya sumber air umum tersebut membuat debit air berubah-ubah, fluk­tuatif, yang bisa menyebabkan klep pembuangan berhenti bekerja -membuka-metutup. Cara membuat klep pembuangan bekerja lagi adalah dengan cara pemukul as klep dengan balok kayu seperti dalam iklan CSR bantuan air bersih produsen air mineral ternama tadi.

Manfaat Hidram

Manfaat Hidram yang paling signifikan adalah efisiensi biaya untuk membeli energi seperti listrik atau BBM. Dengan berfungsinya Hidram maka lahan-la­han yang dulunya tidak terjangkau irigasi dapat dipergunakan untuk budidaya tanaman. Da­pat pula dipergunakan sebagai penyuplai air kebutuhan industri dan rumah tangga termasuk air minum dengan menggunakan filtrasi. Usaha perikanan dan peternakan juga akan sangat terbantu dengan adanya aliran air. Dengan sedikit memodifikasi, aliran air dalam pompa hidram juga dapat berfungsi menggerakkan turbin generator.

skema pemasangan hidram

Dalam tataran yang lebih makro, dengan semakin banyak pompa hidram dioperasikan, dapat mengurangi resiko banjir. Kemudian dengan semakin mera­tanya penggunaan air, maka tanaman keras di perbukitan akan lebih mudah tumbuh, ini berarti konservasi lahan dan air tanah juga semakin terjaga, ditambah dengan manfaat berkurangnya tanah longsor dan erosi di perbukitan yang semakin rimbun tanaman keras.

Analisa biaya pembuatan pompa Hidram 1,5 inch menghabiskan biaya Rp 1,5 juta, sedang untuk pompa 4 inch memerlukan biaya Rp 3,5 juta. Apabila kita mempunyai bakat teknik dapat merakit pompa hidram sendiri, namun apabila tidak bengkel lokalpun tidak akan kesulitan meralisasikan pompa Hidram. Bahan klep yang dipergunakan tidak perlu klep bikinan pabrik tapi dengan sedikit kete­litian kita dapat mempergunakan karet ban dalam untuk klep, baik klep pembuangan atau klep penghisap. Spesifikasi material, pola lengkap dan cara pembuatan pompa Hidram bisa didapatkan di Fakultas Teknik Universitas Sultan Agung Semarang, Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Gajah Mada (LPM-UGM) dan Per­kebunan Cengkeh Zanzibar Semarang.

Akhir kata, pengembangan ide-ide dan teknologi tepat guna menjadi sangat berarti di tengah krisis energi yang menghadang masa depan dunia. Peng­gunaan energi yang tidak bisa diper­baharui sedapat menjadi pilihan terakhir dalam memenuhi kebutuhan dalam akti­vitas-aktivitas kehidupan kita. (*)

  • Penulis adalah mahasiswa Program Magister Teknologi Pangan Unika Sugijapranata dan bekerja sebagai Sekretaris Eksekutif, Yayasan Obor Tani.

DAFTAR PUSTAKA

Widarto, L. & FX. Sudarto C. Ph. (2000). Teknologi Tepat Guna: Membuat Pompa Hidram. Kanisius. Yogyakarta.

Leonardo, El.. (2002). Design and Construction of a Hydraulic Ram Pump.Universitas of Nigeria. Nigeria.

Crowley, C.A. (August 1937). “Hydraulic rams furnish water supply to country homes”. Popular Mechanics: 306-311.

Crowley, C.A. (September 1937). “Hydraulic rams furnish water supply to country homes”. Popular Mechanics: 437-477.

Toothe v. Bryce, 25 Atlantic Reporter , pp. 182-190 .

Iversen, H.W. (June 1975). “An analysis of the hydraulic ram”. Journal of Fluids Engineering: 191-196.

Hydraulic Ram: Fixing & Working. Spons’ Workshop Receipts. vol II. London: Spon. 1921. pp. 457-465

Sumber:

http://obortani.com/2009/03/27/hidram-pompa-air-tanpa-listrik-dan-bbm/



[+/-] BAca Selengkapnya...